KORANINVESTIGASI|Situasi panas tengah menyelimuti sektor pangan nasional. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, tak lagi menahan diri.
Di hadapan publik, dia buka suara soal serangan balik yang mulai dilancarkan oleh mafia pangan yang terusik kepentingannya.
Amran tidak berbasa-basi: dia terang-terangan menyebut bahwa dirinya kini diserang, tetapi tetap teguh pada sikap: membela petani, penyuluh, Babinsa, dan rakyat Indonesia. Tak peduli nyawa jadi taruhan.
“Kami mulai diserang. Tidak masalah, jiwa raga kami untuk Merah Putih. Kami siap,” tegas Amran di kantor Kementerian Pertanian, Senin (30/6/2025).
Mafia Pangan: Siapa Mereka dan Mengapa Mentan Jadi Target?

Apa yang disebut Amran sebagai mafia pangan ini bukan isapan jempol. Menurutnya, praktik kecurangan di sektor beras dan pupuk bersubsidi sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh.
Dari pengoplosan beras hingga penimbunan pupuk, semua bermuara pada satu hal: rakyat jadi korban, petani makin terjepit.
Salah satu temuan mengejutkan yang sempat dibongkar adalah bahwa:
“80% beras SPHP dioplos”, klaim Amran, menyebabkan kerugian negara hingga Rp2 triliun.
Lebih mengejutkan lagi, sebanyak 212 merek beras diduga curang, merugikan konsumen dengan nilai kerugian fantastis: Rp99 triliun!
Ancaman Tegas untuk Distributor Pupuk
Tak hanya mafia beras, Mentan juga menyoroti distribusi pupuk bersubsidi. Menurutnya, praktik penimbunan dan markup harga masih sering terjadi di level distributor.
Amran mengingatkan, siapapun yang kedapatan bermain curang, akan langsung ditindak.
“Kalau terbukti main-main, saya cabut surat izin operasi,” ancamnya lantang.
Ia menyebut Presiden Prabowo sudah memberikan mandat jelas: bersihkan regulasi, habisi koruptor, permudah petani.
Risiko Besar, Tapi Komitmen Lebih Besar
Amran tahu betul bahwa menyentuh “lahan basah” seperti ini penuh risiko. Tapi, ia menyatakan sudah siap lahir batin.
“Aku tahu ini risikonya besar. Tapi kita harus bereskan mafia-mafia yang bergerak di sektor pangan. Tidak boleh kita biarkan. Setuju? Setuju?” katanya dengan nada membakar semangat.
Dalam pernyataannya, dia menggambarkan dirinya bukan hanya sebagai menteri, tapi juga garda terdepan untuk melindungi sektor pangan nasional dari cengkeraman mafia.
Siapa Diuntungkan dan Siapa Dirugikan?
Di tengah konflik ini, satu hal jadi sorotan: petani dan konsumen adalah pihak yang paling terdampak. Ketika pupuk disabotase dan beras dioplos, dua ujung rantai distribusi—petani sebagai produsen dan rakyat sebagai konsumen—yang selalu jadi korban.
Dan langkah berani Amran ini jelas membuka potensi konflik kepentingan besar antara pemerintah yang sedang bersih-bersih, dan pihak-pihak yang selama ini menikmati keuntungan dari sistem yang bobrok.
Akankah Ini Jadi Perang Terbuka?
Langkah Menteri Amran bisa menjadi momen krusial dalam sejarah pengelolaan pangan Indonesia.
Tapi, seberapa jauh ia bisa melangkah? Apakah serangan balik dari mafia akan menggagalkan misi ini?
Yang jelas, publik kini sedang menonton. Dan dalam perang melawan mafia pangan, dukungan rakyat bisa menjadi senjata terkuat.***