KORANINVESTIGASI|Siapa bilang pensiun itu akhir dari pengabdian? Bagi Akhmad Safei, S.Pd, justru di sinilah cerita baru dimulai.
Setelah puluhan tahun mengajar, beliau kini jadi “Cikgu” di tempat yang berbeda — dapur rumah! Lewat brand kuliner Dapur Cikgu, Pak Safei terus berbagi ilmu, rasa, dan cinta pada kuliner tradisional Minangkabau yang otentik dan penuh cerita.
Dapur Cikgu: Warung Rasa yang Lahir dari Hati Seorang Guru
Berawal dari iseng-iseng jualan Tambunsu (tahu isi telur khas Minang) ke teman-teman, usaha ini perlahan berkembang jadi sentra kuliner rumahan khas Minang yang digandrungi pembeli dari berbagai kota — dari Jakarta, Bandung, Jambi, sampai Pekanbaru.
“Saya mungkin pensiun dari kelas, tapi tidak dari semangat mendidik. Sekarang saya mengajar lewat rasa,” kata Pak Safei dengan senyum khasnya.
Didampingi istri tercinta, dapur sederhana di rumah disulap jadi dapur produksi yang tetap mempertahankan resep turun-temurun, tanpa kompromi rasa!
Menu Andalan Dapur Cikgu: Lezat, Tradisional, dan Bikin Nostalgia

Cita rasa yang dihadirkan Dapur Cikgu bukan sekadar enak, tapi juga membangkitkan kenangan — rasa rumahan yang bikin kangen kampung. Beberapa menu hits yang bisa kamu pesan antara lain:
- Pepes Ikan: wangi daun pisang yang bikin lapar sebelum dibuka
- Samba Lado Tanak: pedas gurih khas Minang yang nendang
- Gajeboh Sayur Kapau: sayur khas Nagari Kapau yang mewah di lidah
- Pangek Ikan: sajian ikan penuh bumbu dan cerita
- Tambunsu: si usus sapi isi telur legendaris, signature dish-nya Dapur Cikgu!
Dan semuanya bisa kamu pesan online via TIKI atau J&T. Makanan khas Minang sampai depan pintu? Gampang!
Bukan Sekadar Jualan, Tapi Juga Silaturahmi
Tiap hari Minggu, Pak Safei juga buka lapak langsung di Lapangan Kantin, lokasi kuliner mingguan yang hits di kalangan warga lokal.
Ini bukan cuma tempat jualan, tapi juga ajang ketemu pelanggan, bertukar cerita, dan mempererat hubungan yang terjalin lewat makanan.
“Buat saya, pelanggan bukan cuma pembeli. Mereka itu murid, teman, dan saudara,” kata Pak Safei.
Kenapa Namanya Dapur Cikgu?
Buat yang belum tahu, “Cikgu” itu panggilan akrab untuk guru. Nama ini dipilih sebagai simbol dedikasi yang tak kenal pensiun. Dulu mengajar di kelas, sekarang mengajar lewat resep dan rasa.
“Dari guru jadi jurumasak, niatnya tetap sama: berbagi ilmu, berbagi rasa, dan berbagi cinta untuk budaya sendiri,” tutup Pak Safei.
Dapur Kecil, Cita Rasa Besar
Dari sebuah dapur rumahan di Sumatera Barat, Dapur Cikgu telah membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan siapa saja — bahkan setelah pensiun.
Ini bukan cuma soal makanan, tapi soal cinta pada akar budaya, ketekunan ala guru, dan semangat berbagi yang tak lekang waktu.***
Respon (3)