KORANINVESTIGASI|Ada kabar mengejutkan yang bikin kita semua garuk kepala. Ternyata, ada 10 produsen beras nakal yang ketahuan ngelakuin kecurangan berjamaah!
Hasil investigasi Satgas Pangan Polri bareng Kementerian Pertanian mengungkap bahwa praktik curang ini merugikan rakyat sampai Rp99 triliun per tahun. Gila, kan?
BACA JUGA: Berantas Mafia Pangan, RI Bisa Tambah 1% Pertumbuhan Ekonomi
Modusnya Bikin Elus Dada
Jadi gini, dari hasil temuan di lapangan, beberapa produsen nekat ngoplos beras biasa lalu dijual pakai label premium.
Nggak cuma itu, kemasan 5 kg ternyata isinya cuma 4,5 kg. Bayangin, rakyat kecil beli beras mahal-mahal, eh ternyata isinya dikurangin!
Menteri Pertanian Amran Sulaiman langsung bersuara lantang soal ini.
“Ini kayak jual emas 24 karat padahal cuma 18 karat. Rakyat rugi Rp99 triliun tiap tahun. Kalau dibiarin, bisa nyampe Rp1.000 triliun dalam 10 tahun,” ujarnya di Makassar, Sabtu (12/7/2025).
Yang paling kena dampaknya? Tentu saja masyarakat miskin, yang tiap hari ngirit buat makan, malah ditipu mentah-mentah.
Nggak Cuma Beras, Mafia Pangan Main di Banyak Sektor

BACA JUGA: Perang Terbuka Mentan Amran vs Mafia Pangan: Siapa yang Sebenarnya Terancam?
Ternyata, permainan kotor ini nggak cuma soal beras. Produk lain kayak minyak goreng, gula, dan pupuk juga kena permainan mafia pangan.
Ini bukan sekadar masalah dagang, tapi udah menyentuh sektor yang vital banget buat kehidupan sehari-hari.
Amran juga bilang, kalau mafia pangan diberantas tuntas, ekonomi kita bisa naik 1% lebih tinggi tiap tahun. Lumayan banget, kan?
“Kalau mau pertanian Indonesia berjaya dan jadi lumbung pangan dunia, mafia pangan harus dilenyapkan dari akar-akarnya,” tegas Amran.
Aturan Mutu dan Label Beras: Nggak Bisa Asal Tulis “Premium” Lagi!
Pemerintah udah gercep (gerak cepat) dengan bikin aturan baru soal label dan mutu beras. Lewat Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2023, semua produsen dan importir wajib:
- Tulis nama produk, jenis beras, dan kelas mutunya
- Cantumkan berat bersih (nggak boleh tipu-tipu!)
- Tulis nama produsen & alamatnya
- Jelaskan asal-usul beras
- Tampilkan tanggal produksi dan kedaluwarsa
- Sertakan Harga Eceran Tertinggi (HET) kalau diwajibkan
- Dan, kalau ngaku berasnya “pulen” atau “kaya gizi”, harus ada bukti hasil uji lab resmi
Nah lho! Nggak bisa lagi jualan asal-asalan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, bilang dengan tegas:
“Label bukan formalitas. Ini alat perlindungan konsumen. Kalau dibilang premium, harus benar-benar premium.”
Pelanggar Wajib Siap-Siap!
Produsen yang udah punya izin sebelum aturan ini berlaku, dikasih waktu maksimal 24 bulan buat nyesuain.
Tapi kalau masih ngeyel dan tetap nakal? Siap-siap digulung!
Soalnya, kecurangan kayak gini bisa kena pasal pidana perlindungan konsumen, kecurangan niaga, bahkan pencemaran nama baik produk pertanian Indonesia.
Jangan Mau Dibodohin!
Skandal beras oplosan ini jadi alarm keras buat semua pihak: pemerintah, aparat, konsumen, dan pelaku usaha. Udah saatnya semua melek soal mutu dan keamanan pangan.
Sebagai pembeli, kita juga harus lebih teliti dan jangan gampang tergiur sama label “premium” kalau harganya nggak masuk akal. Cek kemasan, pastikan info lengkap, dan lapor kalau ada yang mencurigakan!
Yuk, dukung pertanian Indonesia yang jujur, sehat, dan berkualitas! Dan buat mafia pangan? Waktumu udah habis.***
Respon (5)