Berita

Pacu Jalur, Anak Viral, dan Janji Menteri: Kuansing Bersiap Jadi Panggung Wisata Dunia

×

Pacu Jalur, Anak Viral, dan Janji Menteri: Kuansing Bersiap Jadi Panggung Wisata Dunia

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2025 07 11 at 17.51.00 9e0353b2
Dikha disambut langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Whardana, serta Wakil Menteri, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik. Foto DOK IST

KORANINVESTIGASI|Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, sebuah pertemuan sederhana diadakan antara seorang bocah laki-laki dan dua pejabat tinggi negara.

Tapi siapa sangka, momen itu bisa menjadi titik balik bagi masa depan pariwisata Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.

Anak itu bernama Dikha, bocah yang baru berusia belasan tahun namun telah mencuri hati publik lewat video yang memperlihatkan kecintaannya terhadap Pacu Jalur—lomba perahu tradisional khas Kuansing yang sarat makna budaya dan sejarah.

Keviralannya membawa dia jauh dari tepian Sungai Kuantan ke ruang rapat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta.

Di sana, Dikha disambut langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Whardana, serta Wakil Menteri, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik.

Ia datang bersama Bupati Kuansing, Dr. H. Suhardiman Amby, membawa satu pesan besar: Pacu Jalur harus naik kelas, dari event lokal menjadi festival budaya kelas dunia.

BACA JUGA: Dika, Penari Cilik Viral dari Kuansing Siap Tampil di TransTV! Ikon Budaya Pacu Jalur Makin Bersinar

Pacu Jalur Lebih dari Sekadar Lomba Perahu

WhatsApp Image 2025 07 02 at 20.10.20 31c6dd9d
Aksi Aura Farming Tukang Tari di Pacu Jalur Kuansing. Tukang Tari adalah bagian dari tim dalam lomba perahu tradisional Pacu Jalur. Tugasnya bukan mendayung, tapi menari di ujung perahu, menggelorakan semangat para pendayung dan penonton. Foto: Hendra Yadi

BACA JUGA: Konten Kreator Pacu Jalur di Kuansing Curhat: Kami Viralkan Tradisi, Tapi Seolah Tak Dianggap!

Pacu Jalur bukan sekadar lomba mendayung. Ini adalah manifestasi dari kearifan lokal yang sudah hidup sejak masa kolonial.

Perahu-perahu panjang dihiasi warna-warni mencolok, ditumpangi puluhan pendayung yang berjuang bukan hanya untuk menang, tapi untuk menjaga kehormatan nagari (desa).

“Budaya seperti Pacu Jalur adalah napas dari kekayaan Indonesia. Anak-anak seperti Dikha adalah wajah masa depan pariwisata kita,” ujar Ni Luh sambil tersenyum kepada sang bocah, yang seolah menjadi duta kecil budaya Riau.

Setiap tahunnya, ribuan pengunjung—baik lokal maupun mancanegara—datang menyaksikan ajang ini.

Tapi 2025 bisa jadi istimewa. Menteri dan Wakil Menteri Pariwisata dipastikan akan hadir langsung dalam puncak acara Pacu Jalur 21–25 Agustus 2025. Sebuah bentuk pengakuan nyata dari pusat terhadap nilai budaya daerah.

Komitmen dan Harapan Daerah

Bupati Suhardiman Amby menyambut hangat perhatian pusat. Menurutnya, kehadiran para pejabat bukan sekadar seremoni, melainkan awal dari komitmen nyata.

“Kami sangat mengapresiasi kehadiran Menparekraf dan Wamen. Ini adalah momentum besar. Kami ingin Pacu Jalur dikenal dunia, bukan hanya disorot sesaat,” tegas Suhardiman.

Lebih jauh, ia memaparkan rencana strategis menjadikan Pacu Jalur sebagai “gerbang masuk” menuju potensi wisata Kuansing lainnya: dari air terjun tersembunyi di belantara tropis, pemandian air panas alami, hingga kekayaan kuliner tradisional.

“Bayangkan wisatawan datang menyaksikan Pacu Jalur, lalu melanjutkan petualangan menyusuri alam Kuansing. Ini bukan angan, ini visi yang sedang kami realisasikan,” tambahnya optimis.

Anak Kecil, Dampak Besar

Dalam pertemuan itu, Dikha bukan hanya menjadi simbol viralitas. Ia jadi cerminan harapan dan kebanggaan masyarakat Kuansing. Sosoknya mewakili generasi muda yang peduli akan budaya dan siap membawa identitas daerah ke panggung lebih luas.

Publikasi pertemuan ini pun langsung menyedot perhatian. Banyak netizen dan penggiat budaya menyatakan dukungannya agar Pacu Jalur bisa masuk agenda wisata nasional tetap, bahkan diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Menuju Panggung Dunia

Dengan komitmen pusat, strategi daerah, dan magnet viral dari Dikha, Pacu Jalur kini berada di jalur cepat menuju pengakuan global. Kuncinya adalah sinergi: antara masyarakat, pemerintah daerah, dan kementerian.

Tahun 2025 bisa menjadi tonggak sejarah. Tahun di mana Pacu Jalur tak hanya jadi festival, tapi juga simbol kebangkitan pariwisata berbasis budaya dari daerah.

Karena kini, Pacu Jalur bukan lagi hanya milik Kuansing. Ia milik Indonesia, dan segera—dengan semangat kolektif—akan menjadi milik dunia.***