KORANINVESTIGASI|Mengawali semester kedua tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum bisa menunjukkan performa cemerlang.
Di sesi perdagangan Selasa, 1 Juli 2025, IHSG ditutup melemah tipis sebesar 0,18% atau turun 12,32 poin ke level 6.915,36.
Meskipun koreksinya terbilang kecil, sinyalnya cukup penting: pelaku pasar terlihat masih memilih untuk wait and see, apalagi di tengah minimnya sentimen positif dan tekanan jual dari investor asing yang cukup agresif.
BACA JUGA: IHSG Melemah di Awal Juli 2025, Ada Apa dengan Pasar?
Volume Sepi, Aksi Jual Asing Jadi Penekan
Salah satu catatan penting dari perdagangan kemarin adalah rendahnya nilai transaksi yang hanya menyentuh Rp 11,39 triliun.
Jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 17,17 miliar lembar dalam 1,11 juta kali transaksi.
Dari sisi pergerakan, sebanyak 245 saham menguat, sementara 356 saham melemah, dan 191 saham stagnan. Artinya, tekanan jual cukup merata di berbagai sektor.
Yang bikin pasar makin tertekan, asing tercatat melakukan net sell senilai Rp 695,74 miliar di seluruh pasar.
Di pasar reguler saja, net sell asing bahkan mencapai Rp 816,50 miliar, sedangkan di pasar negosiasi dan tunai tercatat net sell sebesar Rp 120,76 miliar.
Sektor Finansial dan Blue Chip Kena Tekanan

Mayoritas sektor saham kemarin berada di zona merah. Sektor finansial, konsumer primer, dan industri menjadi sektor yang paling tertekan.
Di sisi lain, sektor bahan baku (basic materials) justru mencatatkan penguatan tertinggi di tengah tekanan pasar.
Yang paling bikin IHSG berat untuk bangkit adalah aksi jual asing terhadap saham-saham big caps atau blue chip, khususnya dari sektor perbankan.
Inilah 10 saham dengan net foreign sell terbesar Selasa kemarin:
- BBRI – Rp 200,17 miliar
- BMRI – Rp 131,58 miliar
- ANTM – Rp 98,38 miliar
- BBCA – Rp 76,77 miliar
- BBNI – Rp 41,13 miliar
- TOBA – Rp 38,98 miliar
- BRMS – Rp 28,17 miliar
- SSIA – Rp 25,57 miliar
- INCO – Rp 25,04 miliar
- ASII – Rp 24,94 miliar
Kombinasi tekanan dari sektor perbankan dan pertambangan ini jelas membuat laju IHSG tertahan, bahkan saat indeks Wall Street menguat dan bursa global cenderung positif.
Apa yang Dinanti Pasar?
Investor saat ini sedang menantikan dua data penting dari dalam negeri:
- Data inflasi Juni 2025, yang diperkirakan naik menjadi 1,83% YoY.
- Data neraca dagang Mei 2025, yang diproyeksikan surplus sebesar US$ 2,53 miliar.
Jika realisasi kedua data ini sesuai atau lebih baik dari ekspektasi, bisa menjadi sentimen positif yang mendorong IHSG kembali rebound. Namun jika mengecewakan, tekanan jual bisa kembali berlanjut.
Hati-hati Tapi Tetap Optimis
Meskipun IHSG melemah tipis dan investor asing masih dalam posisi jual, koreksi ini masih terbilang wajar.
Tekanan besar memang datang dari saham-saham unggulan yang biasa menjadi tulang punggung IHSG.
Tapi, selama support kuat di level 6.900 masih bertahan, peluang rebound tetap terbuka.
Bagi investor jangka panjang, momen ini bisa jadi peluang untuk akumulasi saham berfundamental kuat yang sedang terkoreksi.
Sementara bagi trader, penting untuk tetap disiplin pada strategi dan level teknikal.
Yuk tetap tenang dan cerdas menyikapi pergerakan pasar! Jangan biarkan volatilitas sesaat mengganggu tujuan investasimu.
Selalu pantau perkembangan data ekonomi dan gerak asing. Semoga IHSG kembali cerah dalam waktu dekat!***
Respon (1)