Daerah

Lomba Bujang Dara Inhil 2025 Digelar Meriah, Tapi Masyarakat Bertanya: Apa Manfaat Nyatanya?

×

Lomba Bujang Dara Inhil 2025 Digelar Meriah, Tapi Masyarakat Bertanya: Apa Manfaat Nyatanya?

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2025 07 18 at 12.32.25 aa6ad3cb
Sejak lama, Lomba Bujang Dara diklaim sebagai ajang pelestarian budaya dan wadah bagi generasi muda untuk tampil sebagai duta wisata daerah. Foto DOK IST

KORANINVESTIGASI|Ajang tahunan Lomba Bujang Dara Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) kembali digelar dengan gegap gempita.

Bertempat di Gedung Engku Kelana, Tembilahan, puluhan finalis dari berbagai kecamatan tampil memukau dalam balutan busana tradisional dan budaya Melayu.

Namun di balik gemerlap panggung, muncul pertanyaan serius dari masyarakat: apa dampak nyata dari kegiatan ini bagi kehidupan warga Inhil?

Ajang Tradisi yang Sarat Gengsi, Tapi Minim Bukti?

Sejak lama, Lomba Bujang Dara diklaim sebagai ajang pelestarian budaya dan wadah bagi generasi muda untuk tampil sebagai duta wisata daerah.

Tapi, sebagian masyarakat mulai mempertanyakan urgensi dan relevansi acara ini, terutama saat daerah masih dihadapkan pada persoalan pendidikan, lapangan kerja, hingga akses kesehatan.

“Bagus sih acara ini, anak-anak muda bisa tampil. Tapi setelah itu apa? Sementara di luar sana, banyak yang kesulitan cari kerja dan biaya sekolah,” ujar Yuniarti (36), warga Tembilahan, kepada wartawan.

Tak hanya masyarakat umum, tokoh pemuda dan aktivis sosial juga mengkritisi acara ini dari sisi anggaran.

Mereka mempertanyakan apakah anggaran yang digunakan untuk seremoni budaya ini sebanding dengan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat luas.

Pihak Panitia: Ini Bukan Sekadar Hiburan

Dihubungi terpisah, Salah Seorang Panitia Lomba, yang enggan disebutkan namanya , menjelaskan bahwa lomba ini bukan sekadar pertunjukan budaya.

“Ini bukan hanya ajang kecantikan atau seremonial. Para finalis akan kita libatkan dalam promosi wisata, pelestarian budaya, serta kegiatan sosial di Inhil,” jelasnya.

Menurutnya, duta Bujang Dara nantinya akan berkontribusi dalam kegiatan promosi daerah, menjadi perwakilan Inhil di tingkat provinsi bahkan nasional, serta ikut dalam program-program pariwisata dan edukasi budaya.

Namun sayangnya, rekam jejak kontribusi finalis tahun-tahun sebelumnya belum banyak terdokumentasi, apalagi dipublikasikan sebagai indikator keberhasilan program.

Masyarakat Ingin Lebih dari Sekadar Simbolisme

Masyarakat bukannya menolak tradisi. Tapi mereka ingin tradisi berjalan seiring pembangunan nyata.

Banyak yang berharap para juara lomba tidak berhenti di atas panggung dan sesi foto, tapi ikut terjun ke lapangan: menjadi inspirator, pelopor, dan agen perubahan.

“Jangan cuma tampil di banner dan undangan acara. Coba libatkan mereka di program literasi, kampanye anti-narkoba, pelatihan UMKM, atau sosialisasi lingkungan,” ujar Andri, mahasiswa asal Mandah.

Beberapa saran konkret dari masyarakat antara lain:

  1. Memberikan beasiswa kepada finalis berprestasi.
  2. Mewajibkan keterlibatan Bujang Dara dalam program sosial, kesehatan, dan pendidikan.
  3. Memonitor dan mengevaluasi kontribusi mereka setelah ajang berakhir.

Evaluasi dan Perubahan, Bukan Penghentian

Perdebatan soal manfaat lomba ini bukan untuk meniadakan tradisi, tapi mengajak semua pihak melakukan evaluasi dan perbaikan.

Apalagi di era digital seperti sekarang, duta wisata bukan hanya soal senyum di atas panggung, tapi juga soal pengaruh di media sosial, kepedulian sosial, dan kontribusi nyata di masyarakat.

Lomba Bujang Dara bisa tetap digelar—bahkan ditingkatkan kualitasnya—asal disinergikan dengan visi pembangunan yang lebih inklusif dan berdampak langsung.

Tradisi harus tetap hidup, tapi tidak boleh kehilangan makna di tengah realita kehidupan masyarakat.***

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *