KORANINVESTIGASI|Dalam suasana penuh khidmat dan sakral, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menerima Anugerah Adat “Ingatan Budi” dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau).
Prosesi adat tersebut berlangsung di Balai Adat LAM Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, sebagai penghormatan atas kontribusi dan dedikasi Kapolri dalam menjaga keamanan serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan di Tanah Air, khususnya di wilayah Riau.
Penyematan anugerah ini bukan sekadar simbol, melainkan ungkapan penghargaan yang sarat makna dari masyarakat adat Melayu.
Jenderal Sigit tampil dalam balutan atribut adat Melayu — tanpak (tanjak) kehormatan, selempang keagungan, keris sebagai lambang kekuatan, dan kalung pingat sebagai simbol persaudaraan.
Prosesi ditutup dengan tepuk tepung tawar, sebuah ritual adat Melayu berupa percikan air dan dedaunan yang melambangkan harapan, perlindungan, dan kebijaksanaan bagi sang penerima.
“Ingatan Budi” sebagai Nilai Peradaban
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAM Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, menjelaskan bahwa “Ingatan Budi” bukan sekadar penghormatan adat, melainkan representasi dari kesadaran moral dan akal budi yang luhur.
Menurutnya, penghargaan ini diberikan kepada sosok yang bukan hanya berjasa dalam tugas-tugas kenegaraan, tapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal.
“Ingatan budi adalah fondasi peradaban Melayu. Ia adalah memori yang hidup — tentang empati, penghormatan, dan tanggung jawab. Kapolri adalah sosok yang mempraktikkan nilai-nilai itu dalam kebijakannya,” ujar Datuk Taufik.
Ia menyebut, keberhasilan Polri dalam menjaga stabilitas keamanan nasional, termasuk penanganan kebakaran hutan dan lahan di Riau, pendekatan hukum yang humanis, serta program-program strategis berbasis presisi, telah memberi dampak besar bagi masyarakat.
Pengakuan bagi Kepemimpinan Humanis
Secara khusus, Datuk Taufik juga memuji kepemimpinan Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, yang dianggap mampu menerjemahkan arahan Kapolri dengan tepat di lapangan.
“Kapolda Riau tidak hanya menjalankan tugas secara tegas, tapi juga membawa sentuhan kemanusiaan. Ia menjadi wajah Polri yang bersahabat di tengah masyarakat Melayu,” tambahnya.
Kapolri: Ini Amanah Moral

Dalam sambutannya, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan rasa syukur dan penghargaan atas kepercayaan yang diberikan.
Menurutnya, penganugerahan ini bukan sekadar penghormatan personal, melainkan bentuk amanah moral yang akan menjadi pengingat dalam setiap langkah pengabdian Polri.
“Anugerah ini menyadarkan kami bahwa keberhasilan institusi harus selalu berpijak pada nilai-nilai luhur, bukan sekadar tugas administratif. Kepemimpinan yang berakar pada budi akan menumbuhkan kepercayaan publik,” ucap Jenderal Sigit.
Ia juga menekankan bahwa di tengah tantangan global — mulai dari disrupsi teknologi, konflik geopolitik, hingga perubahan iklim — nilai budaya seperti yang dipegang masyarakat Melayu menjadi jangkar moral bangsa.
“Budaya adalah fondasi, bukan sekadar identitas. Budaya Melayu, khususnya, adalah cermin dari nilai gotong royong, toleransi, dan kesantunan yang sangat dibutuhkan bangsa ini,” tegasnya.
Gubernur: Adat dan Negara Saling Menguatkan
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Riau Abdul Wahid turut menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, penganugerahan adat kepada Kapolri menjadi simbol eratnya hubungan antara institusi negara dan kearifan lokal.
“Adat dan negara bukan dua kutub yang bertolak belakang. Di Riau, keduanya berjalan beriringan untuk menjaga harmoni dan martabat masyarakat,” ujar Gubernur Wahid.
Ia juga mengapresiasi perhatian Kapolri terhadap isu-isu lokal dan pendekatan humanis dalam menjaga keamanan di provinsi yang kaya dengan keberagaman budaya ini.
Pantun Penutup Kapolri
Menutup sambutannya, Kapolri membacakan pantun adat sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan atas penganugerahan tersebut:
Berlayar sampan ke pulau seberang,
Jala dijala penuh ikan raja.
Ingatan budi jadi kenangan,
Takkan lapuk ditelan masa.
Prosesi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Forkopimda Provinsi Riau, Ketua Umum Bhayangkari, pejabat utama Mabes Polri, dan jajaran PJU Polda Riau.
Momen ini diharapkan menjadi penguat sinergi antara nilai adat dan institusi negara dalam mewujudkan Indonesia yang damai, berbudaya, dan berkeadilan.***