KORANINVESTIGASI|Kabar duka menyelimuti dunia peternakan kuda di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Salah satu kuda pejantan unggulan milik Pemerintah Kota Bukittinggi yang selama ini menjadi indukan favorit di Fordecok Hill, dilaporkan mati mendadak pada siang hari pukul 13.00 WIB tanpa menunjukkan gejala serius sebelumnya.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan, Hendri, menyampaikan bahwa penyebab kematian diduga kuat karena faktor usia.
“Usianya hampir 20 tahun. Biasanya kuda dengan rentang usia 18–22 tahun sudah memasuki masa tua yang rawan penyakit,” ungkap Hendri.
Sempat Sakit, Sembuh, Lalu Tumbang Tiba-Tiba

BACA JUGA: Dapur Cikgu Comeback! Gulai Tambunsu dan Menu Khas Minang Siap Serbu Lapangan Kantin Bukittinggi!
Kuda tersebut sempat mengalami sakit pada bagian kaki dan sempat pincang. Setelah pengobatan rutin, kondisinya membaik bahkan bisa melompat kembali.
Namun secara mengejutkan, kuda itu pingsan dan mati seketika di lokasi.
“Kami kaget karena dia tampak sehat pagi harinya. Tapi siangnya, langsung roboh,” jelas Hendri.
Kuda Impor Australia, Nilai Fantastis Rp1,8 Miliar
Kuda ini merupakan jenis impor asli dari Australia, dikenal sangat produktif dan telah melalui enam musim kawin yang menghasilkan bibit unggul.
Kontribusinya sangat penting dalam pembibitan kuda bendi di Bukittinggi.
Pecinta kuda, Andi, menyebut bahwa nilai ekonomisnya bisa mencapai Rp1,8 miliar jika dihitung berdasarkan bibit, usia, dan performa.
“Dia kuda elit, pejantan tulen. Banyak kuda bendi di Bukittinggi adalah hasil kawinnya. Sangat disayangkan kepergiannya,” kata Andi dengan nada haru.
Kenangan dari Mantan Wali Kota Bukittinggi
Jufri, mantan Wali Kota Bukittinggi, turut mengenang jasa kuda ini semasa kepemimpinannya.
“Dia selalu tampil di setiap gelanggang pacuan sebagai simbol kemajuan peternakan kuda kita. Banyak peternak menggunakan dia untuk kawin silang,” kenangnya.
Evakuasi dilakukan oleh tim Balai Kesehatan Hewan, dan pemakaman dilakukan secara layak di halaman balai.
Hendri menyebut, pihaknya sedang menyiapkan pengganti yang sepadan untuk meneruskan program pembibitan unggulan.
“Kami ingin terus hasilkan bibit super untuk mendukung peternakan rakyat, khususnya pemilik kuda bendi. Ini bukan akhir, tapi awal langkah baru,” pungkas Hendri.***
Respon (1)