KORANINVESTIGASI|Program unggulan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 resmi dibuka dengan megah di Jorong Muaro Momong, Nagari Sungai Kambuik, Kecamatan Pulau Punjung, Rabu (23/7/2025).
Acara tersebut dihadiri Bupati Dharmasraya Anisa Suci Ramadani bersama jajaran pejabat daerah dan provinsi.
Namun, di balik gegap gempita seremoni, suara kekecewaan justru menggema dari warga akar rumput.
Pasalnya, proyek senilai Rp900 juta dari APBD 2025 yang seharusnya menyentuh kebutuhan pokok masyarakat, justru digunakan untuk membangun jalan menuju area perkebunan, bukan jalan penghubung antarpermukiman sebagaimana yang diusulkan sebelumnya.
“Pembangunan jalan ke arah PT Bina ini tidak menyentuh kebutuhan utama warga. Kami curiga ada penyimpangan dari RAB awal,” ujar RJM, tokoh masyarakat Nagari Sungai Kambuik.
BACA JUGA: Hubungan Memburuk, Bupati Absen di Rapat KUA-PPAS: DPRD Dharmasraya Dapat Dukungan Publik
TMMD yang Tak Lagi “Manunggal” dengan Rakyat

BACA JUGA: PJ Sekda Dharmasraya Diangkat dari Luar Daerah, Bupati Anisa Kembali Dituding Anti Putra Daerah
Warga Trans I dan Trans II menyebut bahwa arah pembangunan kali ini sangat melenceng dari semangat asli TMMD, yakni menghadirkan pembangunan untuk kawasan tertinggal dan rakyat kecil.
Program yang selama puluhan tahun dikenal sebagai simbol kolaborasi TNI dan pemda kini disebut bergeser arah — dari jalan rakyat menjadi jalan ke kebun.
“Tahun 2011 TMMD bangun rigit beton di Kampung Banai. 2015 buka jalan ke Lubuk Karak. Semua untuk rakyat. Tapi sekarang? Jalan ke kebun. Rp900 juta untuk siapa sebenarnya?” tegas Joni (39), warga Sembilan Koto yang menyaksikan langsung pembukaan TMMD ke-125.
Alasan Pemindahan: Kawasan Hutan Lindung
Plt Kepala Dinas PUPR Dharmasraya, Catureby, menyebut bahwa pihaknya hanya menangani pengerasan jalan dalam proyek ini.
Namun tetap saja, masyarakat kecewa karena hasil akhir pembangunan tidak sesuai aspirasi awal, dan justru bermanfaat bagi segelintir pemilik lahan perkebunan.
Kritik Mengalir, Kebijakan Bupati Dipertanyakan
Kekecewaan ini menambah daftar panjang kritik terhadap kepemimpinan Bupati Anisa Suci Ramadani, yang dinilai tak lagi mengakar pada kebutuhan rakyat.
“Publikasi besar-besaran soal pemerataan pembangunan itu hanya slogan. Nyatanya, pembangunan jalan rakyat justru dikesampingkan,” kata warga lainnya.
Catatan TMMD ke-125: Terdaftar, Tapi Tidak Dikenang
Program TMMD kali ini memang tercatat di agenda pembangunan. Tapi bagi warga, TMMD ke-125 lebih layak dikenang sebagai contoh kegagalan menyentuh kebutuhan dasar rakyat.
“Di era Bupati Anisa, TMMD berubah wajah. Dari ‘manunggal bersama rakyat’, jadi ‘manunggal ke perkebunan’,” sindir seorang warga.***