KORANINVESTIGASI|Di tengah deretan jajanan kekinian, satu kuliner legendaris masih bertahan dan terus diburu wisatawan di kawasan Jam Gadang: karupuak kuah.
Jajanan sederhana yang terdiri dari kerupuk singkong disiram kuah sate Padang pedas gurih ini menjadi ikon kuliner yang tak pernah kehilangan penggemar.
Dijual hanya Rp5.000 per porsi, karupuak kuah menjadi bukti bahwa cita rasa otentik tidak selalu harus mahal.
Jajanan ini bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang tradisi dan perjuangan, karena mayoritas pedagangnya adalah ibu-ibu tangguh yang menjadi tulang punggung keluarga.
BACA JUGA: Palai Rinuak Dapur Cikgu: Menjaga Cita Rasa Tradisi dari Balik Dapur Keluarga Guru
Dijajakan di Bawah Gemerlap Jam Gadang

BACA JUGA: Dapur Cikgu Comeback! Gulai Tambunsu dan Menu Khas Minang Siap Serbu Lapangan Kantin Bukittinggi!
Setiap hari, para pedagang karupuak kuah berjajar di sekitar taman Jam Gadang, dari siang hingga malam hari. Mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut wisata kota, menjajakan makanan khas dengan penuh kesabaran dan semangat.
Silvia, wisatawan asal Jakarta yang dulu bersekolah di Bukittinggi, mengungkapkan bahwa karupuak kuah selalu menjadi tujuan utama setiap kali pulang kampung.
“Rasanya tidak berubah sejak dulu. Saya selalu cari karupuak kuah kalau ke Bukittinggi. Itu makanan nostalgia, penuh kenangan,” ungkapnya.
Lebih dari itu, ia menaruh hormat pada para penjualnya.
“Mereka ibu-ibu kuat. Duduk di tepi tangga, melayani pembeli dari pagi sampai malam. Mereka bukan cuma jualan, mereka menjaga tradisi,” tambahnya.
Simbol Cita Rasa Lokal dan Kekuatan Perempuan
Di tengah tren makanan kekinian, karupuak kuah tetap bertahan sebagai warisan kuliner Minang. Keberadaannya bukan hanya soal rasa, tetapi juga kekuatan perempuan pelaku UMKM, yang dengan tekun menjaga dan mewariskan resep dari generasi ke generasi.
Bagi banyak wisatawan, menikmati karupuak kuah di bawah gemerlap Jam Gadang adalah ritual wajib saat berkunjung ke Bukittinggi.
Tak heran jika jajanan ini dijuluki sebagai “rasa Bukittinggi dalam satu gigitan”.***
Respon (4)