KORANINVESTIGASI|Serangan udara terbaru Israel kembali menimbulkan duka mendalam di Gaza.
Delapan warga sipil, mayoritas anak-anak, tewas saat sedang mengambil air di kamp pengungsi Nuseirat, Minggu (13/7/2025) waktu setempat.
Militer Israel (IDF) mengklaim serangan tersebut sebagai “kesalahan teknis” yang membuat rudal mereka meleset dari target.
Rudal itu disebut seharusnya menyasar anggota militan Jihad Islam, tetapi malah jatuh puluhan meter dari sasaran dan menghantam titik distribusi air bersih yang ramai oleh warga sipil.
“IDF menyesalkan kerugian warga sipil yang tidak terlibat,” bunyi pernyataan resmi yang dikutip Reuters, Senin (14/7/2025).
BACA JUGA: Israel Bombardir Gaza dari Malam hingga Pagi, 27 Warga Sipil Tewas Termasuk Anak-Anak
6 Anak Tewas Saat Antre Air Bersih
Menurut laporan dr. Ahmed Abu Saifan dari Rumah Sakit Al-Awda, enam anak menjadi korban jiwa, sementara 17 lainnya terluka.
Tragedi ini terjadi di tengah krisis air bersih yang sudah sangat parah di Gaza, membuat warga terpaksa antre panjang demi mendapatkan air minum.
Beberapa jam setelah insiden itu, 12 warga sipil lainnya juga tewas dalam serangan udara di sebuah pasar di Kota Gaza.
Di antara korban terdapat dr. Ahmad Qandil, seorang dokter senior yang dikenal luas di wilayah tersebut. Hingga saat ini, militer Israel belum memberikan komentar soal serangan di pasar itu.
Perundingan Gencatan Senjata Alami Kebuntuan
Sementara itu, pembicaraan gencatan senjata 60 hari yang dimediasi Amerika Serikat dan berlangsung di Doha mengalami jalan buntu.
Menurut sumber diplomatik Palestina, Hamas menolak keras usulan Israel yang tetap ingin mempertahankan kontrol atas 40% wilayah Gaza, termasuk seluruh Rafah.
“Kami tidak bisa menerima perjanjian yang hanya memperpanjang penderitaan rakyat Gaza,” kata seorang pejabat Hamas yang tak disebut namanya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap bersikukuh bahwa pembebasan semua sandera, penghancuran total Hamas, dan jaminan keamanan jangka panjang menjadi syarat mutlak Israel untuk menghentikan perang.
BACA JUGA: Gaza Kembali Berdarah: Puluhan Tewas Saat Antri Bantuan Makanan, Krisis Kemanusiaan Kian Parah
Kontroversi “Kota Kemanusiaan” Rafah
Israel juga tengah membahas rencana untuk memindahkan ratusan ribu warga Gaza ke kota Rafah dan menjadikannya sebagai “kota kemanusiaan”, menurut Menteri Pertahanan Israel Katz.
Namun, banyak pihak menilai rencana ini sebagai bentuk pemindahan paksa yang melanggar hukum internasional.
Lebih dari 58 Ribu Jiwa Tewas Sejak Oktober 2023
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa sejak perang dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 58.000 warga Palestina telah tewas. Lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak.
Kondisi Gaza kini semakin mengenaskan, dengan krisis air, makanan, dan tempat tinggal yang belum juga terselesaikan di tengah serangan udara yang terus terjadi.***